Monday, August 06, 2012

if anyone understand my feeling now...

Alunan lagu midnight bottle tiba-tiba berbunyi ketika saya sedang tidur-tiduran di kasur sambil menahan sakit di perut akibat berbuka puasa dengan mie instant. Nama yang tidak asing muncul di layar smartphone saya, nama yang sangat lekat di hati saya beberapa tahun belakangan bahkan hingga nama itu membuyarkan lamunan saya. Sedikit ragu akhirnya saya putuskan mengangkat panggilan itu.

"halo.."

"halo, tya apa kabar? sehat kan?"

"sehat.. alhamdulilah.." dalam hati saya ingin sekali bicara kalau jiwa saya sehat, tapi hati saya sakit parah.
"tumben telpon, ada apa?" sahut saya kemudian,

"aku cuma mau tahu keadaan kamu, sehat ngga"

"ooh saya sehat. kamu sendiri bagaimana?

"alhamdulilah sehat"
.....
"aku mau minta maaf tentang yang kemarin",
aah saya tidak tahu harus bicara apa tentang maaf, seandainya saja hati saya begitu lapang untuk melupakan dan memaafkan apa yang terjadi diantara kami kemarin. Tapi ternyata hati saya terlalu lemah, saya tidak pernah bisa melupakan sedikitpun semua yang terjadi diantara kami. Saya tidak ingin mendendam, karena saya tidak pernah membenci dia, tetapi mendengarnya meminta maaf hati saya tiba-tiba membeku. Saya terlena dalam diam, karena bagi saya saat ini diam adalah yang terbaik, saya tidak bisa mengatakan maaf kalau hati saya masih tak bergeming.

"aku mau minta maaf tentang hubungan kita yang tidak bisa aku lanjutkan"

"saya ngga tahu harus bicara apa" akhirnya hanya itu yang bisa terucap dari bibir saya. 

"kamu ngga perlu bicara apa-apa. aku cuma pengen tahu keadaan kamu disana. Aku juga mau kasih tahu kalau aku akan berangkat tugas ke "negeri antah berantah" setelah lebaran, entah sampai kapan"

Saya lagi-lagi terdiam, teganya kamu pergi meninggalkan saya tanpa pernah mau membantu saya membuka kunci di hati saya. Entah sampai kapan kamu mau mengisi seluruh hati yang telah luluh lantah ini dengan kenangan yang sudah tidak utuh lagi. Saya tidak tahu..

"Kapan berangkat?" saya menyaut kemudian,

"Belum tahu tanggal pastinya, tapi setelah lebaran"

"Yasudah, kabari saja saya kapan tanggal pastinya kalau sudah tahu."

"Ya.. Jaga kesehatan kamu disana ya.."

"Ya.." saya menyahut lemah..masih pedulikah kamu tentang kesehatan saya?
"Oia, apa ibu kamu sudah tahu tentang kita?" lanjut saya,

"sudah, 2 minggu yang lalu saya bilang. Ibu cuma bilang semua terserah pada aku dan kamu. Tapi silaturahim tidak boleh terputus, bahkan saat kamu punya suami dan aku punya istri"

aah lagi-lagi tidak sadar dia menyakiti saya. Saya tidak pernah sanggup membicarakan perpisahan atau orang baru akhir-akhir ini. Perpisahan saya dengannya sudah cukup banyak menguras energi dan pikiran saya belakangan. Tahukah dia saya baru bisa terlelap pukul 2 pagi setiap malam karena terngiang-ngiang semua perkataannya yang menyakiti saya, juga tentang janji-janji manisnya, tentang kenangan manis yang semu kami bersama. Semuanya tiba-tiba rajin melintas diatas kepala saya, mengganggu jam tidur saya.

Seandainya dia tahu, setelah telepon berakhir ada tangisan yang pecah karena putus asa. Teleponnya seperti membangunkan saya dari tidur sementara saya dari patah hati berkepanjangan ini. Saya seperti didorong untuk terjun bebas dari lantai 20. Sangat sakit.

Ingin sekali hati bertanya siapa wanita pengganti saya di hatinya. Tapi saya tidak sanggup mendengar jawaban apapun lagi sekarang. Saya bahkan tidak bisa fokus dalam pekerjaan saya beberapa saat belakangan.

Seorang sahabat yang saya anggap kakak saya berkata,
"Yang kalian butuhkan hanya duduk berdua, berbicara dengan merendahkan ego dan akui kalo kalian masih ingin bersama"
ahh..jangan-jangan hanya saya yang masih dengan angan saya. Tapi tidak dengan dia.
Wallahualam.

Yang saya tahu, ada kunci di hati saya yang hilang. Tidak tahu dimana. Biarlah ruangan itu tetap terisi dengan kesemuannya sekarang. Entah sampai kapan..


Tanjung Selor, 6/8/2012


Sirosis Hepatis.

2 comments:

Seiri Hanako said...

nice post

• d i l a • said...

hy seiri, terima kasih sudah mampir ketempatku.

Salam hangat dari jauh ya..:)