Wednesday, August 01, 2012

Narasi Mati Lampu dokter PTT

Sunyi merajai dalam gelap malam. Saya hanya bisa terpekur menyadari tidak hanya PLN yang mematikan aliran listrik karena hujan badai, tetapi juga kenyataan PDAM pun ikut latah mematikan aliran air tanpa peduli nasib anak rantau seperti saya yang terpaksa mencuci pakaian di senja hari karena antrian atau karena terlalu lelah disiang hari ( Siapa saya hingga PDAM harus peduli? :p ).

Merasakan apa itu arti pengabdian dan meresapinya disaat-saat seperti ini. Semua saya jalani demi pengakuan masyarakat tentang pekerjaan seorang dokter, tentang pengabdian sepenuh hati, tentang pekerjaan mulia yang tidak boleh mengenal kata salah bagi pelakunya. Tentu butuh keikhlasan hati yang luar biasa besar, kesiapan mental terjun dan melihat realita di lapangan, serta bekal untuk hidup menghadapi kenyataan gaji kami yang turun tak tentu kapan.

Pikiran saya tiba-tiba melayang pada banyaknya opini publik mengenai kehidupan dokter zaman sekarang yang banyak mendapat sorotan publik. Yang dianggap kurang mempedulikan masyarakat dalam terciptanya  pelayanan kesehatan yang layak. Dan saya rasa sangat tidak adil menjustifikasi seluruh pelaku profesi ini hanya karena melihat sedikit sisi kehidupan dokter. Karena saya yakin banyak sekali dokter-dokter Indonesia yang kompeten, berjiwa juang dan memiliki humanisme yang tinggi. Dan banyak sekali faktor yang menjadikan kami tidak maksimal dalam melakukan pekerjaan ini.

Kenyataan bahwa saya dua kali dinyatakan "belum lulus" untuk PTT sebelum akhirnya saya dinyatakan "lulus" pada pilihan ketiga "ya, bersedia ditempatkan dimana saja" menjadi bukti banyaknya dokter yang masih peduli pada kesehatan bangsa ini. Bahkan untuk sebuah pengabdian seperti inipun kami masih harus melalui seleksi untuk dapat mencurahkan pikiran dan tenaga kami bagi kemajuan kesehatan yang merata.

Namun, keadaan kami di lapangan yang tidak mendapat perhatian sepenuhnya dari pemerintah menjadi momok baru bagi babak baru kehidupan dokter PTT. Gaji yang datangnya tidak dapat diprediksi menjadi beban tersendiri bagi rekan-rekan yang juga harus menghidupi keluarganya. Obat-obatan yang tersedia seadanya, bahkan bagi program-program pemerintah seperti pemberantasan TB paru kategori 2 yang tidak tersedia menjadikan kami harus benar-benar kreatif dalam bekerja.

To be Continue..
Anyway, welcome august..10 months left here..

Tanjung Selor, 31/7/2012


Dalam Gelap.




No comments: